Selasa, 30 Juni 2015

Manfaat dan kandungan ketumbar


Manfaat dan kandungan ketumbar. Ketumbar (Coriandrum sativum) adalah tumbuhan rempah-rempah yang populer. Buahnya yang kecil dikeringkan dan diperdagangkan, baik digerus maupun tidak. Bentuk yang tidak digerus mirip dengan lada, seperti biji kecil-kecil berdiameter 1-2 mm. Dalam perdagangan obat ia dinamakan fructus coriandri. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai coriander dan di Amerika dikenal sebagai cilantro. Tumbuhan ini berasal dari Eropa Selatan dan sekitar Laut Kaspia. Berbagai jenis masakan tradisional Indonesia kerap menggunakan bumbu berupa biji berbentuk butiran beraroma keras yang dinamakan ketumbar. Dengan tambahan bumbu tersebut, aroma masakan akan lebih nyata.

Tak hanya bijinya saja yang sering digunakan dalam masakan. Daunnya yang majemuk seperti seledri itu sering diiris tipis dan dijadikan taburan dalam masakan seperti sup dan salad khas Thailand. Di negara itu, ketumbar diberi nama phak chee. Sama dengan bijinya, daun ketumbar juga beraroma tajam. Biasanya, tumbuhan ini ditanam di kebun-kebun daerah dataran rendah dan pegunungan. Seperti halnya seledri, tumbuhan ini hanya mencapai ketinggian satu meter dari tanah.

Daunnya hijau dengan tepian bergerigi. Sedangkan, untuk bunga mejemuknya berbentuk payung bersusun berwarna putih dan merah muda. Untuk buah, bentuknya hampir bulat berwarna kuning bersusun, Kalau matang, buahnya mudah dirontokkan. Setelah itu, buahnya dikeringkan. Di sana, biji yang dikeringkan Di beberapa daerah, ketumbar sering diberikan nama yang berbeda-beda.

Kandunga ketumbar
 
Ketumbar mengandung energi sebesar 404 kilokalori, protein 14,1 gram, karbohidrat 54,2 gram, lemak 16,1 gram, kalsium 630 miligram, fosfor 370 miligram, dan zat besi 18 miligram. Selain itu di dalam Ketumbar juga terkandung vitamin A sebanyak 1570 IU, vitamin B1 0,2 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Ketumbar, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Ketumbar :

Nama Bahan Makanan : Ketumbar
Nama Lain / Alternatif : -
  1. Banyaknya Ketumbar yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
  2. Bagian Ketumbar yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
  3. Jumlah Kandungan Energi Ketumbar = 404 kkal
  4. Jumlah Kandungan Protein Ketumbar = 14,1 gr
  5. Jumlah Kandungan Lemak Ketumbar = 16,1 gr
  6. Jumlah Kandungan Karbohidrat Ketumbar = 54,2 gr
  7. Jumlah Kandungan Kalsium Ketumbar = 630 mg
  8. Jumlah Kandungan Fosfor Ketumbar = 370 mg
  9. Jumlah Kandungan Zat Besi Ketumbar = 18 mg
  10. Jumlah Kandungan Vitamin A Ketumbar = 1570 IU
  11. Jumlah Kandungan Vitamin B1 Ketumbar = 0,2 mg
  12. Jumlah Kandungan Vitamin C Ketumbar = 0 mg
  13. Khasiat / Manfaat Ketumbar : - (Belum Tersedia)
  14. Huruf Awal Nama Bahan Makanan : K
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.

Keterangan :
Riset/penelitian pada Ketumbar yang berbeda bisa menghasilkan perbedaan hasil yang didapat karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Mohon maaf apabila ada kesalahan atau kekurangan pada informasi daftar komposisi bahan makanan Ketumbar ini. Semoga informasi kandungan gizi/nutrisi Ketumbar ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

Adapun manfaat dari ketumbar untuk kesehatan:
Turunkan kolesterol.
Ketumbar mengandung sejumlah senyawa asam, yaitu asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, asam stearat, dan asam askorbat. Senyawa-senyawa itu diketahui efektif dalam menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dan dapat mampu mengurangi deposit kolesterol dalam dinding pembuluh darah arteri dan vena.

Atasi anemia.
Kandungan zat besi dalam ketumbar dapat membantu mengatasi anemia.

Membantu sistem pencernaan.
Kandungan minyak esensial ketumbar dapat membantu proses sekresi enzim dan cairan pencernaan di dalam perut, merangsang proses pencernaan dengan meningkatkan gerakan peristaltik di saluran pencernaan, dan mengatasi anoreksia.

Atasi bengkak.
Cineole, salah satu dari 11 komponen minyak esensial dan asam linoleat yang terdapat dalam ketumbar, memiliki khasiat antirematik dan anti-artriti. Dengan demikian, ketumbar dapat digunakan untuk mengatasi bengkak akibat rematik dan arthritis.

Atasi diare.
Komponen borneol dan linalool dalam ketumbar membantu proses pencernaan, meningkatkan fungsi hati, dan membantu proses pengikatan massa feses pada usus. Komponen lain seperti cineol, limonene, alpha-pinene dan beta-phelandrene memiliki aktivitas antibakteri sehingga berkhasiat dalam mengatasi diare yang disebabkan oleh bakteri.

Jaga siklus menstruasi.
Ketumbar secara alami dapat merangsang dan membantu keteraturan sekresi hormon dari kelenjar endokrin, sehingga bermanfaat dalam menjaga keteraturan menstruasi serta mengurangi rasa sakit yang mungkin muncul.

Kurangi kadar gula darah.
Efek stimulasi cumin pada kelenjar endokrin akan meningkatkan sekresi insulin dari pankreas. Dengan demikian, gula diubah glikogen, sehingga kadar gula darah yang tinggi bisa turun ke level normal.

Lindungi hati.
Ketumbar dapat mengatasi inflamasi atau peradangan, kejang, ekspektoran, melindungi hati, anti-karsinogenik, anti-konvulsan, antihistamin, dan hipnotik. Selain itu, ketumbar juga dapat bertindak sebagai afrodisiak alami jika dikombinasikan dengan tanaman herbal lainnya

Copas : http://manfaatdankandungan.blogspot.com/2013/11/manfaat-dan-kandungan-ketumbar.html

Kamis, 25 Juni 2015

PENGERTIAN HATI SANUBARI (QALBIY)




Pada dasarnya setiap manusia memiliki ruh, ruh ini adalah sesuatu yang di tiupkan oleh Allah Swt kedalam jasad manusia untuk bisa membuatnya hidup dan beraktifitas sebagaimana layaknya manusia, manusia mempunyai kewajiban kepada penciptaNya, yakni wajib berbuat amal ibadah kepadaNya dan wajib pula menjauhi segala hal maksiat atau berbuat dosa sebagaimana yang di larangNya.
            Permulaan ruh manusia pada dasarnya suci, akan tetapi karena pengaruh iblis, syaithan dan jin maka ia bisa menjadi buruk pekertinya dan senantiasa berkegiatan maksiat yang di murkai oleh Allah Swt, apalagi suka berbuat syirik, ruh manusia di huni oleh sifat madzmumah (buruk) jika seseorang manusia tersebut tidak mau mengendalikannya, paling parah bahayanya adalah hawa dan nafsu yang tidak terkendali, maka ini adalah bibit dari segala sifat buruk.
            Hati sanubari manusia tersembunyi di balik hawa dan nafsunya, jika hawa dan nafsu tersebut tidak di pimpin dan di arahkan kepada yang baik (berbuat taat), maka seseorang manusia tidak akan tahu dan mengerti apa itu hati sanubari atau qalbiy, sementara yang dapat mengenali Allah Swt hanyalah hati sanubari (Qalbiy) dengan pancaran nur illahi yang di berikanNya karena senantiasa beramal shaleh dengan ikhlas.
             Dalam qalbiy manusia banyak menyimpan rahasia – rahasia, yang di kupas di sini adalah pemahamannya secara dasar, sebab jika hawa dan nafsu belum di bersihkan atau steril dari sifat buruk, maka akan susah bagi seseorang hamba untuk taat secara menyeluruh kepadaNya, upaya mendidik hawa nafsu ini mesti dengan semangat yang tinggi dan tekun beribadah kepadaNya sambil mengharapkan karunia ketetapan sikap untuk selalu patuh dan taat padaNya.
Seseorang hamba yang beriman sudah semestinya menjaga nafzu dari perbuatan – perbuatan maksiat yang di larang oleh Allah Swt, yang di tuntut adalah menjauhi laranganNya dan menjalankan perintahNya, di kala nafsu sudah mulai reda dari perbuatan yang munkar dan maksiat, maka timbullah padanya nafsu yang tenang serta terpimpin selalu pada kebaikan.
            Namun terkadang nafsu bisa juga sewaktu – waktu lalai atau bisa juga terkadang lalai terkadang ingat, bahkan ada juga antara lupa dan ingat, lupa ia akan kewajiban menjalankan ketaatan kepada Allah Swt, situasi yang antara lalai dan ingat mesti di jauhi sebab sama bahayanya dengan lalai secara penuh.
            Seseorang hamba yang sudah bisa menguasai nafsunya maka ia mendapatkan nafsu yang tenang dan senantiasa menjaga dari perbuatan maksiat, ingkar dan lalai, namun hanya tinggal dorongan – dorongan untuk selalu berbuat taat dalam beribadah, sekurang – kurangnya yang fardhu saja, ini sudah cukup memadai bagi seseorang muslim, jika ia bisa pula menambah ketaatan dengan rutin melaksanakan ibadah sunat lainnya, maka inilah yang di namakan seseorang hamba yang memiliki nafsu muthma’innah (nafsu yang tenang) sebagai firman Allah Swt dalam Qur’an Surah Al-Fajr Ayat 27/28 :

“Yaa ayyatuhannafsul muthma’innah.”
Artinya : “Hai jiwa yang tenang.”
    
“Irji’I lla rabbiki raadhiayatam mardhiyah.”
Artinya : “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya.”

            Hamba yang taraf ruhnya sudah sampai pada derajat nafsu yang terpimpin secara demikian maka hatinya sudah mencapai derajad yang di namakan Qalbiy, nafsunya sudah reda dan tidak lagi mengajak kepada perbuatan maksiat atau munkar, ia akan merasa malu kepada Allah Swt jika berbuat maksiat, jika ada muncul rasa keinginan untuk berbuat maksiat atau lalai kepadaNya, maka ia cepat dan segera mohon ampun kepada Allah Swt atas keinginan yang demikian, walalupun hal yang maksiat belum ia lakukan tetapi hanya sebatas baru niat saja, nah, biar sebatas niat saja maka hal tersebut dapat menutupi nurnya hati akan keimanan, inilah selalu di jaga oleh seseorang hamba yang taraf nafsunya sudah mengenal Qalbiy.

            Bentengnya seseorang hamba yang beriman adalah dengan mengenal hatinya sendiri yang paling dalam, yaitu Qalbiy, untuk mengenal hati sanubari atau qalbiy harus betul – betul berjuang (riyadhah) untuk melawan kehendak hawa dan nafsunya yang selalu menghela kepada kemaksiatan, jika berhasil maka tentu ia akan mengenal hati sanubarinya (Qalbiy).
            Seseorang hamba yang mengenal hati sanubarinya (Qalbiy) akan selalu bersikap malu kepada Allah Swt akan berbuat maksiat atau ingkar dalam beribadah, ia sangat kokoh dari jurang perbuatan maksiat dan dosa,   ibadahnya bagi seseorang hamba yang sudah mengenal qalbiynya sendiri,  akan terasa indah dan nikmat dalam kemanisan beribadah kepada Allah Swt, jika ada saja yang lalai maka ia sangat akan menyesalinya, ibadahnya mencapai tahap khusyu’, amalannya mencapai tahap ikhlas yang murni tanpa ada maksud dan pamrih tertentu, tetapi hanya mengharapkan keridhaan Allah Swt semata.
            Hati seseorang hamba yang mengenal qalbiynya akan mendapatkan limpahan nur illahi, serta seluruh karunia dan ilmu yang di berikan akan tersa meresap kedalam hati sanubarinya (Qalbiy), sehingga ia mencapai tahap rasa syukur yang tertinggi bagi yang di miliki oleh seseorang hamba.
            Mengenai hal ini Allah Swt dengan firmanNya :
  
”Innamal mu’minuunalladzina ’idza dzukirallahu wajilat quluubuuhum waidza tulibat ’alaihim ’aayaatuhu dzadathum ’imaanan wa’alaa rabbihim yatawakkaluun.”
Artinya : ”Sesungguhnya orang - orang yang beriman ialah mereka yang bila di sebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila di bacakan ayat - ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

            Ruhnya orang yang mengenal qalbiy ini akan senantiasa bertawajjuh (berhadap hati) kepada tuhannya, dalam kondisi apapun juga ia akan selalu ingat kepadaNya, jika di dengarkan ayat Al-Qur’an maka gemetarlah seluruh tubuhnya yang di sebabkan ketakutan dan pengharapan kepada Allah Swt, jika sudah sedemikian maka selamatlah kehidupan dunia dan akhiratnya.
            Oleh karena itu didiklah nafsu agar menjadi tenang dan bisa di pimpin, sebab hal ini membawa kepada keselamatan sebagaimana firman Allah Swt Surah Asy-Syu’ara Ayat 88-89 :
  
”Yaumala yanfa’u maalun wala banuun.”
Artinya : ” (yaitu) di hari harta dan anak - anak laki - laki tidak berguna.”

”Ila man’atallaha biqalbin saliimi.”
Artinya : ”Kecuali orang - orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

            Sinarilah secara terus menerus hatimu agar menjadi hati sanubari (Qalbiy) yang bersih dan penuh dengan cahaya (nur) illahi melalui tawajjuh dzikir yang berkepanjangan dan berkekalan (ingat) baik di sengaja (dzikir) maupun tidak di sengaja (ingat) di manapun dan kapanpun juga, nafsu yang tenang dan hati yang jernih inilah kesempurnaan ruh bagi seseorang hamba atau insan yang kamil.
            Ruh beserta zahirnya seseorang hamba tersebut akan senantiasa berhadap kepada penciptaNya dengan ketenangan yang luar biasa di saat shalat dan dzikir, menjadikannya khusyu’ dalam melaksanakan amal – amal shaleh, ia akan merasakan betapa nikmatnya di saat shalat ketika mengucapkan “Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamaawaati wal ardha…” artinya : “Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (beserta seluruh jiwa ragaku) ke hadhirat dzat yang menciptakan langit dan bumi….”, dengan sungguh – sungguh dan ikhlasnya seseorang hamba tersebut akan di jawab oleh Allah Swt dengan pemberian karunia dan hidayahNya berupa pancaran nur illahi yang akan bersinar sebagai sarana terbukanya hijab dari kebesaranNya dan dapat menyaksikan rahasia – rahasia yang maha agung, hal ini akan menambah kecintaan seseorang hamba kepada khalikNya dan tiada akan di tinggalkannya ibadah amal – amal yang shaleh, mereka akan di karunia kemudahan dari berbagai hal, tapi yang terpenting adalah kemudahan untuk ketetapan hati dalam beristiqamah untuk beramal ibadah kepadaNya, inilah karunia yang tertinggi nilainya untuk seseorang hamba yang beriman.
Wassalam...
Yuherman
Diposkan oleh Yuherman di Minggu, Juli 03, 2011 http://img1.blogblog.com/img/icon18_email.gif
Label: HATI SANUBARI (QALBIY)

http://wadahsufiyah.blogspot.com/2011/07/pengertian-hati-sanubari-qalbiy.html

Senin, 15 Juni 2015

Kisah Nyata: Keindahan Akhlak Sang Putri Kecil Habib Umar bin Hafidz


Selagi aku masih duduk di Daruzzahro, Guru Mulia Al Habib Umar bin Hafidz pernah berkata kepada salah satu putri beliau:
“Darul Mustofa dan Daruzzahro ini bukanlah kepunyaan kita, sekalipun ayah yang mendirikannya tetapi sejatinya adalah kepunyaan Kakek kita Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam beserta putri kecintaan beliau ibu kita Sayyidah Fatimah Azzahro Radhiyallohu ‘Anha, maka sekali-sekali kamu jangan berbuat seenaknya di dalamnya, harus tunduk dengan segala macam peraturannya, jangan memakan hak-hak tamu Azzahro sebelum mereka semua telah habis makan kecuali sisa-sisa puing makanan dari mereka. Ingat !! peran kita di sini hanya sebagai pembantu, khaddam, dan pelayan yang melayani rumah ini beserta tamu-tamunya”.
Pada suatu hari, saat jam istirahat, aku hendak pergi ke kamar kecil, tetapi aku melihat putri kecil putri bungsu Habib Umar bin Hafidz duduk seorang diri di salah satu tangga Daruzzahro sambil memegang perut, maka aku pun menghampirinya dan bertanya:
“Ada apa denganmu wahai putri mulia?“
Maka dengan polosnya ia menjawab bahwa ia dalam keadaan lapar dari tadi, sebab sebelum pergi ke sekolah tidak sempat bersarapan terlebih dahulu, khawatir terlambat ucapnya. Spontan aku membalas ucapannya dan berujar:
“Mengapa yang mulia tidak mengambil sepotong roti di ruang makan Darruzzahro saja?”.
Ia hanya menggeleng sambil tersenyum.
“Atau pulang sebentar ke rumah mengambil sarapan?”, tawarku kembali.
Ia pun tetap membalasnya dengan gelengan.
Aku semakin keheranan: “Bukankah engkau putri guru mulia kami (Habib Umar bin Hafidz)? Pemilik Daruzzahro ini wahai yang mulia?”.
Maka ia pun menceritakan pesan sang ayah untuk putra putri dan seluruh keluarga. Mendengarnya, aku tercengang dan terkejut, ku rasakan sudut mataku mulai berembun, hatiku bergetar mendengar penuturannya. Tidak hanya sampai di situ, putri kecil guru mulia mengejutkanku dengan perkara lain. Merasa kasihan dan tak tega, aku pun merogoh saku baju dan mengambil selembar uang di dalamnya:
“Jika begitu ku mohon ambilah ini sebagai hadiah dariku, dan belilah sedikit makanan untuk mengganjal perut yang mulia”, ucapku penuh harap sambil menyodorkan selembar uang itu ke hadapannya. Ia tersenyum ramah, mata beningnya menatapku lembut dan ia menolak halus pemberianku dengan menggeleng-gelengkan kepalanya, namun aku terus merayu dan memohon agar dia bersedia menerimanya, tetapi putri kecil guru mulia tetap bersikeras untuk tidak menerimanya dan terus mengindahkan tangannya dari tanganku, melihat usahaku tiada henti, dengan polosnya ia berkata:
“Maafkan aku saudaraku, bukannya menolak pemberianmu, dan ingin melukai perasaanmu, akan tetapi ayah mengajarkan kami untuk tidak memberatkan orang lain dan tidak berharap belas kasih manusia selain belas kasih Allah Subhanahu wa Ta’ala, simpanlah uang itu, karena engkau lebih memerlukannya ketimbang aku, lagi pula kalau ayahanda mengetahui pasti beliau tidak akan menyetujuinya”.
Tes tes… ku rasakan air mataku mulai berjatuhan di pipiku, aku memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ku lihat kerudungnya nampak kumal, pakaiannya pun terlihat lusuh, ia hanya menggunakan keresek putih untuk alat-alat sekolahnya, kakinya penuh debu tanpa mengenakan sandal, aku terdiam terpaku tak mampu berkata sekalimat pun sampai putri guru mulia berlalu dari hadapanku sambil berlari-lari kecil dengan wajah yang tetap riang. Aku menelan ludah susah payah, gemetar jiwaku menatap bayangnya yang perlahan menghilang dari pandanganku, hatiku bergetar hebat, pendidikan macam apa ini yang membuat anak sebelia dia memiliki hati sedemikian mulia. Sambil berderai air mata ku segerakan langkahku menuju kamar. Sesampainya di kamar ku membenamkan kepalaku di bantal dan pecah tangisku seketika, bagaimana tidak?
Jiwaku hancur lembur dihantam akhlak mulia sebegitu luhur, benar benar kami ini murid yang tak tau diri, jauh kami merantau dari negara kami hanya demi menimba ilmu serta mengambil keberkahan dari Guru Mulia beserta Sang Istri, malam-malam kami tidur dengan nyenyak, tidak pernah sedikitpun kekurangan air dan makanan, bahkan kami menganggap tempat ini seperti rumah kami sendiri, terkadang kami berbuat semaunya, makan dengan kenyang dan menggunakan kipas angin dan AC sepuasnya, tetapi guru mulia yang mendirikan tempat ini pun merasa tidak memilikinya dan tidak berlaku seenaknya.
Hatiku benar-benar serasa dicambuk rasa malu yang begitu dalam, teramat malu atas ketidaktahuan kami, atas sedikitnya perhatian dan kepedulian kami. Guru mulia beserta keluarga begitu memuliakan para pelajarnya melebihi penghormatan kami kepada beliau. Huhuhu… aku terus saja menangis.
Sampai akhirnya terdengar suara peringatan waktu istirahat segera berakhir. Aku pun menghentikan tangisanku dan menyeka air mata. Masih dengan mata yang sembab aku bangkit berdiri dan berniat mengambil air wudhu. Saat ku lewati ruang makan Daruzzahro, sungguh ku menyaksikan pemandangan yang kembali sangat membuat hatiku miris. Ku lihat tangan mungil putri mulia memunguti beberapa pecahan roti yang tersisa dari bekas sarapan sebagian pelajar tadi pagi. Melihatnya aku membuang pandangan karena tak sanggup menyaksikannya. Kejadian tersebut sangat membekas di hatiku sehingga aku merenungkannya selama berhari-hari. Semenjak itu aku jadi jarang ikut makan bersama dengan teman-teman lainnya, kecuali menunggu mereka telah usai semua, dan aku mulai bermujahadah melunturkan kesombongan yang ada di diriku. Terkadang aku sengaja memakan roti yang sudah kering dan keras yang sudah ku hancurkan sebelumnya, atau memakan bekas-bekas nasi yang akan dibuang, atau makan bersama kawan tetapi dengan suapan yang terbatas, ketika kenyang hanya 3 suap, jika memang dalam keadaan lapar hanya 9 suap, semua itu sengaja ku lakukan agar diriku yang sangat payah ini dapat merasakan kerasnya menuntut ilmu tanpa memanjakan diri sedikitpun, terlebih-lebih setiap mengingat kejadian di atas hatiku sangat malu terhadap Sang Guru. Kami hanya seorang murid dan hanya menumpang di tempat ini, harusnya kami yang menjadi pelayan bukannya memanjakan diri terus menerus.
Subhanallaah.
(Diceritakann oleh seorang Alumni Darul Musthofa, Tarim, Hadhromaut, Yaman, yang bersumber Mii AL Bein Yahya).

https://www.facebook.com/groups/pecintahabibana/permalink/841053092637759/

Minggu, 24 Mei 2015

Mesjid Di-Tarim

RAHMAT KHUSUS DARI ALLAH DAN 400 MASJID DI KOTA TARIM HADRAMAUT BUMI SEJUTA WALI.
Al Habib Musa kadzim Assegaf berkata:
Ada Rahmat Allah yang hanya khusus diberikan untuk orang-orang mukmin, untuk muslimin, untuk orang-orang yang benar-benar mencintai Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak diberikan sama sekali kepada orang kafir.
Yaitu Rahmat yang dicurahkan tatkala kita masuk ke dalam Masjid dan memohon kepada Allah agar membukakan untuk kita pintu-pintu Rahmat-Nya.
YANG MANA RAHMAT YANG ALLAH CURAHKAN DI MASJID ITU KHUSUS DARI ALLAH YANG TIDAK KITA TEMUKAN DI TEMPAT LAIN.
Maka para wali Allah dan para shalihin mengetahui akan rahmat Allah yang diturunkan di setiap Masjid
Di kota kami (Tarim) yang mana tempat Sulthonul Qulub AlHabib Munzir Bin Fuad Al Musawa Alaihi Rahmatullah dan santri-santri yang lainnya menuntut ilmu terdapat 400 masjid, padahal Tarim adalah kota kecil tetapi di sana terdapat 400 Masjid.
Mengapa, di kota kecil ini ada 400 Masjid ?, karena penduduk dan para ulama dan shalihin di kota itu sangat mencintai Masjid.
Mereka tidak mencintai Masjid hanya untuk sekedar dengan membangunnya saja, akan tetapi mereka suka duduk didalamnya, beri'tikaf dan beribadah disana.
Orang shalih di Tarim yang mempunyai harta maka ia akan membangun Masjid kecil di samping rumahnya. Dan dia habiskan semua waktunya di Masjid, belajar dan mengajarnya di dalam Masjid.
SESEKALI PULANG KEPADA KELUARGA DI WAKTU SENGGANG KEMUDIAN KEMBALI LAGI KE MASJID.
Sebagian orang berkata:
'Mengapa engkau membangun Masjid di samping rumahmu, padahal sudah ada Masjid yang tidak jauh dari tempatmu? ",
Maka ia menjawab:
'Jika aku berjalan ke masjid yang di sana maka langkah-langkahku ke Masjid akan mengurangi waktuku untuk berada di Masjid, Akan tetapi jika Masjid berada di samping rumahku aku tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk melangkah kesana".
Dan banyak orang-orang disana yang tidak mau melewatkan atau kehilangan waktu mereka untuk berada di masjid. Mereka ingin waktu-waktu mereka dihabiskan di Masjid, karena itulah terdapat banyak Masjid di kora Tarim.
�JIKA ALLAH MEMBERIKAN TAUFIK KEPADA KALIAN SEMUA UNTUK PERGI KESANA, MAKA DALAM JARAK KURANG DARI 1 KM KALIAN AKAN MENEMUKAN 3 MASJID ".
Karena para shalihin dan para penduduk di Tarim mengetahui kemuliaan Masjid , bahwa Rahmat yang diturunkan di Masjid adalah Rahmat khusus untuk kaum muslimin.
Semoga Allah subhanahu wata'ala menerima amal ibadah kita di dalam Masjid ini, aamiin.

Rabu, 20 Mei 2015

KISAH KELEDAI DENGAN NABI MUHAMMAD S.A.W

KISAH KELEDAI DENGAN NABI MUHAMMAD S.A.W
(Keledai)
Pada suatu hari seekor keledai telah pergi menemui Nabi Muhammad s.a.w. 

 lalu berkata: "Ya Rasulullah! Allah Yang Maha Besar telah menambahkan jumlah keluarga kami sebanyak enam puluh ekor. 

Setiap satu ekor tuan sudah pernah menungganginya, 

hanya aku saja yang belum tuan tunggangi. 

Maka itu sudilah tuan menunggangi aku pula.







Aku lebih suka tuan menjaga aku dari pada juraganku sendiri."     

"Kenapa engkau berkata begitu wahai keledai?" tanya Rasulullah. 

Maka jawabnya: "Karena penjaga aku itu tidak menjaga aku dengan betul dan senantiasa membiarkan aku lapar."    




  
"siapa yang menjaga engkau wahai keledai yang malang?." tanya Rasulullah lagi. 

Keledai itu pun segera menjawab: "Yazid bin Shahab." 

Semenjak hari itu nasib keledai pun berubah.     

Apabila Rasulullah s.a.w. wafat, keledai itu amat merasa sedih sekali, 

seolah-olah enggan berpisah dengan nabi. 

Keledai itu kemudian telah jatuh sakit dan akhirnya terjatuh ke dalam perigi lalu mati.



Copas : http://kisahtauladan354.blogspot.com/2014/01/kisah-keledai-dengan-nabi-muhammad-saw.html

Kisah Pengemis Yahudi Buta & Nabi Muhammad

Alkisah, di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah saw mendatanginya dengan membawakan makanan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Muhammad—orang yang selalu ia caci maki dan sumpah serapahi.

Rasulullah saw melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah saw praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah, yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah. Ia bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”
Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”

“Apakah Itu?” tanya Abubakar penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.

“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” kata Aisyah.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”

Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”

“Bukan! Engkau bukan ora ng yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu dengan ketus “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku.”

Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”

Seketika itu juga kaget pengemis itu. Ia pun menangis mendengar penjelasan Abubakar, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. ” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar saat itu juga dan sejak hari itu menjadi Muslim.

Sumber : https://www.facebook.com/notes/kumpulan-doa-doa-islam-sehari-hari/kisah-pengemis-yahudi-buta-nabi-muhammad/10150652500034935

Jumat, 17 April 2015

Aliran Mu’tazilah (Sejarah, Tokoh Dan Ajaranya)


Aliran Mu’tazilah (Asal-usul, Pandangan, Pendapat dan ajaran Pokok )
Aliran Mu’tazilah
Aliran m’tazilah merupakan salah satu aliran teologi dalam islam yang dapat dikelompokkan sebagai kaum rasionalis islam, disamping maturidiyah samarkand. Aliran ini muncul sekitar abad pertama hijriyah, di kota Basrah, yang ketika itu menjadi kota sentra ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam. disamping itu, aneka kebudayaan asing dan macam-macam agama bertemu dikota ini. dengan demikian luas dan banyaknya penganut islam, semakin banyak pula musuh-musuh yang ingin menghancurkannya, baik dari internal umat islam secara politis maupun dari eksternal umat islam secara dogmatis.
mereka yang non islam merasa iri melihat perkembangan islam begitu pesat sehingga berupaya untuk menghancurkannya. adapaun hasarat untuk menghancurkan islam dikalangan peneluk islam sendiri,
dalam sejarah, mu’tazilah timbul berkaitan dengan peristiwa Washil bin Atha’ (80-131) dan temannya, amr bin ‘ubaid dan Hasan al-basri, sekitar tahun 700 M. Washil termasuk orang-orang yang aktif mengikuti kuliah-kuliah yang diberikan al-Hasan al-Basri di msjid Basrah. suatu hari, salah seorang dari pengikut kuliah (kajian) bertanya kepada Al-Hasan tentang kedudukan orang yang berbuat dosa besar (murtakib al-kabair). mengenai pelaku dosa besar khawarij menyatakan kafir, sedangkan murjiah menyatakan mukmin. ketika Al-hasan sedang berfikir, tiba-tiba Washil tidak setuju dengan kedua pendapat itu, menurutnya pelaku dosa besar bukan mukmin dan bukan pula kafir, tetapi berada diantara posisi keduanya (al manzilah baina al-manzilataini). setelah itu dia berdiri dan meninggalkan al-hasan karena tidak setuju dengan sang guru dan membentuk pengajian baru. atas peristiwa ini al-Hasan berkata, “i’tazalna” (Washil menjauhkan dari kita). dan dari sinilah nama mu’tazilah dikenakan kepada mereka.
untuk mengetahui corak rasional kaum mu’tazilah ini dapat dilihat dari ajaran-ajaran pokok yang berasal darinya, yakni al-ushul al-khamsah. Ajaran ini berisi at-tauhid, al-’adlu, al-wa’du dan al-wa’idu, al-manzilah baina al-manzilataini dan amar ma’ruf nahyi munkar.
dalam hal attauhid (kemahaesaan Tuhan), merupakan jaran dasar terpenting bagi kaum mu’tazilah, bagi mereka, tuhan dikatakan Maha Esa jika ia merupakan dzat yang unik, tiada sesuatupun yang serupa dengan Dia. oleh karena itu, mu’tazilah menolak paham Antropomorphisme/al-tajassum, yaitu paham yang menggambarkan tuhan menyerupai makhluknya, misalnya Tuhan Bertangan dsb. untuk menghindari paham ini, mu’tazilah melakukan interpretasi metaforis terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang Dzonni : yadullah (Tangan Allah), berarti kekuasaan Allah, Wajhullah (Wajah Allah), Berarti keridhaa-Nya Dsb.
mereka juga menolak paham beatific vision, yaitu pandangan bahwa tuhan dapat dilihat dai akhirat nanti (dengan mata kepala). satu satunya sifat tuhan yang betul-betul tidak mungkin ada pada makhluk-Nya adalah sifat qadim. paham ini mendorong mu’tazilah untuk meniadakan sifat-sifat Tuhan yang mempunyai wujud sendiri diluar dzat Tuhan.
pandangan rasional mu’tazilah.
( Dalam Makalah )
MAKALAH ILMU KALAM TENTANG ALIRAN MU’TAZILAH DALAM PANDANGAN ILMU KALAM
BAB I
PENDAHULUAN
Pemikiran-pemikiran para filosof dari pada ajaran dan wahyu dari Allah sehingga banyak ajaran Islam yang tiddak mereka akui karena menyelisihi akal menurut prasangka mereka Berbicara perpecahan umat Islam tidak ada habis-habisnya, karena terus menerus terjadi perpecahan dan penyempalan mulai dengan munculnya khowarij dan syiah kemudian muncullah satu kelompok lain yang berkedok dan berlindung dibawah syiar akal dan kebebasan berfikir, satu syiar yang menipu dan mengelabuhi orang-orang yang tidak mengerti bagaimana Islam telah menempatkan akal pada porsi yang benar. sehingga banyak kaum muslimin yang terpuruk dan terjerumus masuk pemikiran kelompok ini. akhirnya terpecahlah dan berpalinglah kaum muslimin dari agamanya yang telah diajarkan Rasulullah dan para shahabat-shahabatnya. Akibat dari hal itu bermunculanlah kebidahan-kebidahan yang semakin banyak dikalangan kaum muslimin sehingga melemahkan kekuatan dan kesatuan mereka serta memberikan gambaran yang tidak benar terhadap ajaran Islam, bahkan dalam kelompok ini terdapat hal-hal yang sangat berbahaya bagi Islam yaitu mereka lebih mendahulukan akal dan
Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk menasehati saudaranya agar tidak terjerumus kedalam pemikiran kelompok ini yaitu kelompok Mu’tazilah yang pengaruh penyimpangannya masih sangat terasa sampai saat ini dan masih dikembangkan oleh para kolonialis kristen dan yahudi dalam menghancurkan kekuatan kaum muslimin dan persatuannya.
Bermunculanlah pada era dewasa ini pemikiran mu’tazilah dengan nama-nama yang yang cukup menggelitik dan mengelabuhi orang yang membacanya, mereka menamainya dengan Aqlaniyah… Modernisasi pemikiran. Westernasi dan sekulerisme serta nama-nama lainnya yang mereka buat untuk menarik dan mendukung apa yang mereka anggap benar dari pemkiran itu dalam rangka usaha mereka menyusupkan dan menyebarkan pemahaman dan pemikiran ini. Oleh karena itu perlu dibahas asal pemikiran ini agar diketahui penyimpangan dan penyempalannya dari Islam, maka dalam pembahasan kali ini dibagi menjadi beberapa pokok pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Munculnya golongan atau kelompok Mu’tazilah
Sejarah munculnya aliran mu’tazilah oleh para kelompok pemuja dan aliran mu’tazilah tersebut muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha’ Al-Makhzumi Al-Ghozzal, kemunculan ini adalah karena Wasil bin Atha’ berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin dan bukan kafir yang berarti ia fasik. Imam Hasan al-Bashri berpendapat mukmin berdosa besar masih berstatus mukmin. Inilah awal kemunculan paham ini dikarenakan perselisihan tersebut antar murid dan Guru, dan akhirnya golongan mu’tazilah pun dinisbahkan kepadanya. Sehingga kelompok Mu’tazilah semakin berkembang dengan sekian banyak sektenya. kemudian para dedengkot mereka mendalami buku-buku filsafat yang banyak tersebar di masa khalifah Al-Makmun. Maka sejak saat itulah manhaj mereka benar-benar diwarnai oleh manhaj ahli kalam (yang berorientasi pada akal dan mencampakkan dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah).
Secara harfiah kata Mu’tazilah berasal dari I’tazala yang berarti berisah atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri secara teknis, istilah Mu’tazilah menunjuk ada dua golongan.
Golongan pertama, (disebut Mu’tazilah I) muncul sebagai respon politik murni. Golongan ini tumbuh sebahai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-lawannya, terutama Muawiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair. Menurut penulis, golongan inilah yang mula-mula disebut kaum Mu’tazilah karena mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khilafah. Kelompok ini bersifat netral politik tanpa stigma teologis seperti yang ada pada kaum Mu’tazilah yang tumbuh dikemudian hari.
Golongan kedua, (disebut Mu’tazilah II) muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur’jiah akibat adanya peristiwa tahkim. Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Mur’jiah tentang pemberian status kafir kepada yang berbuat dosa besar. Mu’tazilah II inilah yang akan dikaji dalam bab ini yang sejarah kemunculannya memiliki banyak versi.
B. Tokoh-Tokoh Aliran Mu’Tazilah
Wasil bin Atha.
Wasil bin Atha adalah orang pertama yang meletakkan kerangka dasar ajaran Muktazilah. Adatiga ajaran pokok yang dicetuskannya, yaitu paham al-manzilah bain al-manzilatain, paham Kadariyah (yang diambilnya dari Ma’bad dan Gailan, dua tokoh aliran Kadariah), dan paham peniadaan sifat-sifat Tuhan. Dua dari tiga ajaran itu kemudian menjadi doktrin ajaran Muktazilah, yaitu al-manzilah bain al-manzilatain dan peniadaan sifat-sifat Tuhan.
Abu Huzail al-Allaf.
Abu Huzail al-‘Allaf (w. 235 H), seorang pengikut aliran Wasil bin Atha, mendirikan sekolah Mu’tazilah pertama di kotaBashrah. Lewat sekolah ini, pemikiran Mu’tazilah dikaji dan dikembangkan. Sekolah ini menekankan pengajaran tentang rasionalisme dalam aspek pemikiran dan hukum Islam.
Aliran teologis ini pernah berjaya pada masa Khalifah Al-Makmun (Dinasti Abbasiyah). Mu’tazilah sempat menjadi madzhab resmi negara. Dukungan politik dari pihak rezim makin mengokohkan dominasi mazhab teologi ini. Tetapi sayang, tragedi mihnah telah mencoreng madzhab rasionalisme dalam Islam ini.
Abu Huzail al-Allaf adalah seorang filosof Islam. Ia mengetahui banyak falsafah yunani dan itu memudahkannya untuk menyusun ajaran-ajaran Muktazilah yang bercorak filsafat. Ia antara lain membuat uraian mengenai pengertian nafy as-sifat. Ia menjelaskan bahwa Tuhan Maha Mengetahui dengan pengetahuan-Nya dan pengetahuan-Nya ini adalah Zat-Nya, bukan Sifat-Nya; Tuhan Maha Kuasa dengan Kekuasaan-Nya dan Kekuasaan-Nya adalah Zat-Nya dan seterusnya. Penjelasan dimaksudkan oleh Abu-Huzail untuk menghindari adanya yang kadim selain Tuhan karena kalau dikatakan ada sifat (dalam arti sesuatu yang melekat di luar zat Tuhan), berarti sifat-Nya itu kadim. Ini akan membawa kepada kemusyrikan. Ajarannya yang lain adalah bahwa Tuhan menganugerahkan akal kepada manusia agar digunakan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, manusia wajib mengerjakan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang buruk. Dengan akal itu pula menusia dapat sampai pada pengetahuan tentang adanya Tuhan dan tentang kewajibannya berbuat baik kepada Tuhan. Selain itu ia melahirkan dasar-dasar dari ajaran as-salãh wa al-aslah.
Al-Jubba’i.
Al-Jubba’I adalah guru Abu Hasan al-Asy’ari, pendiri aliran Asy’ariah. Pendapatnya yang masyhur adalah mengenai kalam Allah SWT, sifat Allah SWT, kewajiban manusia, dan daya akal. Mengenai sifat Allah SWT, ia menerangkan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat; kalau dikatakan Tuhan berkuasa, berkehendak, dan mengetahui, berarti Ia berkuasa, berkehendak, dan mengetahui melalui esensi-Nya, bukan dengan sifat-Nya. Lalu tentang kewajiban manusia, ia membaginya ke dalam dua kelompok, yakni kewajiban-kewajiban yang diketahui manusia melalui akalnya (wãjibah ‘aqliah) dan kewajiban-kewajiban yang diketahui melaui ajaran-ajaran yang dibawa para rasul dan nabi (wãjibah syar’iah).
An-Nazzam
An-Nazzam : pendapatnya yang terpenting adalah mengenai keadilan Tuhan. Karena Tuhan itu Maha Adil, Ia tidak berkuasa untuk berlaku zalim. Dalam hal ini berpendapat lebih jauh dari gurunya, al-Allaf. Kalau Al-Allaf mangatakan bahwa Tuhan mustahil berbuat zalim kepada hamba-Nya, maka an-Nazzam menegaskan bahwa hal itu bukanlah hal yang mustahil, bahkan Tuhan tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat zalim. Ia berpendapat bahwa pebuatan zalim hanya dikerjakan oleh orang yang bodoh dan tidak sempurna, sedangkan Tuhan jauh dari keadaan yang demikian. Ia juga mengeluarkan pendapat mengenai mukjizat al-Quran. Menurutnya, mukjizat al-quran terletak pada kandungannya, bukan pada uslūb (gaya bahasa) dan balāgah (retorika)-Nya. Ia juga memberi penjelasan tentang kalam Allah SWT. Kalam adalah segalanya sesuatu yang tersusun dari huruf-huruf dan dapat didengar. Karena itu, kalam adalah sesuatu yang bersifat baru dan tidak kadim. [1]
Al- jahiz
Al- jahiz : dalam tulisan-tulisan al-jahiz Abu Usman bin Bahar dijumpai paham naturalism atau kepercayaan akan hukum alam yang oleh kaum muktazilah disebut Sunnah Allah. Ia antara lain menjelaskan bahwa perbuatan-perbuatan manusia tidaklah sepenuhnya diwujudkan oleh manusia itu sendiri, malainkan ada pengaruh hukum alam.
Mu’ammar bin Abbad
Mu’ammar bin Abbad : Mu’ammar bin Abbad adalah pendiri muktazilah aliran Baghdad. pendapatnya tentang kepercayaan pada hukum alam. Pendapatnya ini sama dengan pendapat al-jahiz. Ia mengatakan bahwa Tuhan hanya menciptakan benda-benda materi. Adapun al-‘arad atau accidents (sesuatu yang datang pada benda-benda) itu adalah hasil dari hukum alam. Misalnya, jika sebuah batu dilemparkan ke dalam air, maka gelombang yang dihasilkan oleh lemparan batu itu adalah hasil atau kreasi dari batu itu, bukan hasil ciptaan Tuhan.
Bisyr al-Mu’tamir
Bisyr al-Mu’tamir : Ajarannya yang penting menyangkut pertanggungjawaban perbuatan manusia. Anak kecil baginya tidak dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di akhirat kelak karena ia belum *mukalaf. Seorang yang berdosa besar kemudian bertobat, lalu mengulangi lagi berbuat dosa besar, akan mendapat siksa ganda, meskipun ia telah bertobat atas dosa besarnya yang terdahulu.
Abu Musa al-Mudrar
Abu Musa al-Mudrar : al-Mudrar dianggap sebagai pemimpin muktazilah yang sangat ekstrim, karena pendapatnya yang mudah mengafirkan orang lain.Menurut Syahristani,ia menuduh kafir semua orang yang mempercayai kekadiman Al-Quran. Ia juga menolak pendapat bahwa di akhirat Allah SWT dapat dilihat dengan mata kepala.
Hisyam bin Amr al-Fuwati
Hisyam bin Amr al-Fuwati : Al-Fuwati berpendapat bahwa apa yang dinamakan surga dan neraka hanyalah ilusi, belum ada wujudnya sekarang. Alas$an yang dikemukakan adalah tidak ada gunanya menciptakan surga dan neraka sekarang karena belum waktunya orang memasuki surga dan neraka.
C. Beberapa Versi Tentang Nama Mu’tazilah
Beberapa versi tentang pemberian nama Mu’tazilah kepada golongan kedua ini berpusat pada peristiwa yang terjadi antara wasil bin ata serta temannya, Amr bin Ubaid, dan hasan Al-Basri di basrah. Ketika wasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Hasan Al Basri di masjid Basrah., datanglah seseorang yang bertanya mengenai pendapat Hasan Al Basri tentang orang yang berdosa besar. Ketika Hasan Al Basri masih berpikir, hasil mengemukakan pendapatnya dengan mengatakan “Saya berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, tetapi berada pada posisi diantara keduanya, tidak mukmin dan tidak kafir.” Kemudian wasil menjauhkan diri dari Hasan Al Basri dan pergi ke tempat lain di lingkungan mesjid. Di sana wasil mengulangi pendapatnya di hadapan para pengikutnya. Dengan adanya peristiwa ini, Hasan Al Basri berkata: “Wasil menjauhkan diri dari kita (i’tazaala anna).” Menurut Asy-Syahrastani, kelompok yang memisahkan diri dari peristiwa inilah yang disebut kaum Mu’tazilah.
Versi lain dikemukakan oleh Al-Baghdadi. Ia mengatakan bahwa Wasil dan temannya, Amr bin Ubaid bin Bab, diusir oleh Hasan Al Basri dari majelisnya karena adanya pertikaian diantara mereka tentang masalah qadar dan orang yang berdosa besar. Keduanya menjauhkan diri dari Hasan Al Basri dan berpendapat bahwa orang yang berdosa besar itu tidak mukmin dan tidak pula kafir. Oleh karena itu golongan ini dinamakan Mu’tazilah.
Versi lain dikemukakan Tasy Kubra Zadah yang menyatakan bahwa Qatadah bin Da’mah pada suatu hari masuk mesjid Basrah dan bergabung dengan majelis Amr bin Ubaid yang disangkanya adalah majlis Hasan Al Basri. Setelah mengetahuinya bahwa majelis tersebut bukan majelis Hasan Al Basri, ia berdiri dan meninggalkan tempat sambil berkata, “ini kaum Mu’tazilah.” Sejak itulah kaum tersebut dinamakan Mu’tazilah.
Al-Mas’udi memberikan keterangan tentang asal-usul kemunculan Mu’tazilah tanpa menyangkut-pautkan dengan peristiwa antara Wasil dan Hasan Al Basri. Mereka diberi nama Mu’tazilah, katanya, karena berpendapat bahwa orang yang berdosa bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, tetapi menduduki tempat diantara kafir dan mukmin (al-manjilah bain al-manjilatain). Dalam artian mereka member status orang yang berbuat dosa besar itu jauh dari golongan mukmin dan kafir.
C. Ajaran yang Diajarkan oleh Golongan Mu’tazilah
Ada beberapa ajaran yang di ajarkan oleh golongan Mu’tazilah yaitu misalnya: Al – ‘adl (Keadilan). Yang mereka maksud dengan keadilan adalah keyakinan bahwasanya kebaikan itu datang dari Allah, sedangkan. Dalilnya kejelekan datang dari makhluk dan di luar kehendak (masyi’ah) Allah adalah firman Allah : “Dan Allah tidak suka terhadap kerusakan.” (Al-Baqarah: 205) “Dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya”. (Az-Zumar:7) Menurut mereka kesukaan dan keinginan merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga mustahil bila Allah tidak suka terhadap kejelekan, kemudian menghendaki atau menginginkan untuk terjadi (mentaqdirkannya) oleh karena itu merekan menamakan diri mereka dengan nama Ahlul ‘Adl atau Al – ‘Adliyyah. Al-Wa’du Wal-Wa’id. Yang mereka maksud dengan landasan ini adalah bahwa wajib bagi Allah untuk memenuhi janji-Nya (al-wa’d) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam Al-Jannah, dan melaksanakan ancaman-Nya (al-wa’id) bagi pelaku dosa besar (walaupun di bawah syirik) agar dimasukkan ke dalam An-Naar, kekal abadi di dalamnya, dan tidak boleh bagi Allah untuk menyelisihinya. Karena inilah mereka disebut dengan Wa’idiyyah.
Kaum mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis daripada persoalan-persoalan yang dibawa kaum khawarij dan murji’ah. dalam pembahasan , mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
Aliran mu’tazilah merupakan aliran teologi Islam yang terbesar dan tertua, aliran ini telah memainkan peranan penting dalam sejarah pemikiran dunia Islam. Orang yang ingin mempelajari filsafat Islam sesungguhnya dan yang berhubungan dengan agama dan sejarah Islam, haruslah menggali buku-buku yang dikarang oleh orang-orang mu’tazilah, bukan oleh mereka yang lazim disebut filosof-filosof Islam.
Aliran Mu’tazilah lahir kurang lebih pada permulaan abad pertama hijrah di kota Basrah (Irak), pusat ilmu dan peradaan dikala itu, tempat peraduaan aneka kebudayaan asing dan pertemuan bermacam-macam agama. Pada waktu itu banyak orang-orang yang menghancurkan Islam dari segi aqidah, baik mereka yang menamakan dirinya Islam maupun tidak.
BAB III
KESIMPULAN
Secara harfiah Mu’tazilah adalah berasal dari I’tazala yang berarti berpisah. Aliran Mu’taziliyah (memisahkan diri) muncul di basra, irak pada abad 2 H. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha (700-750 M) berpisah dari gurunya Imam Hasan al-Bashri karena perbedaan pendapat. Wasil bin Atha berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin bukan kafir yang berarti ia fasik
Imam Hasan al-Bashri berpendapat mukmin berdosa besar aliran Mu’tazilah yang menolak pandangan-pandangan kedua aliran di atas. Bagi Mu’tazilah orang yang berdosa besar tidaklah kafir, tetapi bukan pula mukmin. Mereka menyebut orang demikian dengan istilah al-manzilah bain al-manzilatain (posisi di antara dua posisi). Aliran ini lebih bersifat rasional bahkan liberal dalam beragama.
Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional dan cenderung liberal ini mendapat tantangan keras dari kelompok tradisonal Islam, terutama golongan Hambali, pengikut mazhab Ibn Hambal. Sepeninggal al-Ma’mun pada masa Dinasti Abbasiyah tahun 833 M., syi’ar Mu’tazilah berkurang, bahkan berujung pada dibatalkannya sebagai mazhab resmi negara oleh Khalifah al-Mutawwakil pada tahun 856 M.
Perlawanan terhadap Mu’tazilah pun tetap berlangsung. Mereka (yang menentang) kemudian membentuk aliran teologi tradisional yang digagas oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari (935 M) yang semula seorang Mu’tazilah. Aliran ini lebih dikenal dengan al-Asy’ariah.
Di Samarkand muncul pula penentang Mu’tazilah yang dimotori oleh Abu Mansyur Muhammad al-Maturidi (w.944 M). aliran ini dikenal dengan teologi al-Maturidiah. Aliran ini tidak setradisional al-Asy’ariah tetapi juga tidak seliberal Mu’tazilah.
DAFTAR PUSTAKA
Rojak Abdul, Anwar Rosihon. ilmu kalam. 2006. CV Pustaka Setia, Bandung.
Jauhari, Heri, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, CV Pustaka Setia, Bandung
http://www.almanhaj.or.id/content/1985/slash/0

Copas : https://waskitozx.wordpress.com/makalah/makalah-pendidikan-islam/makalah-akidah/aliran-mutazilah-sejarah-tokoh-dan-ajaranya/